Rabu, 27 Januari 2010

Monumen Kapal Selam (Monkasel)

Monumen kapal selam (Monkasel) tak hanya pewarisan nilai sejarah. Monumen yang berdiri tegak di bantaran kalimas itu kini menjadi salah satu objek wisata andalan Jl Pemuda, Surabaya. Selain menambah objek wisata bernuansa bahari di jawa timur juga sebagai sarana pelestarian nilai-nilai perjuangan bangsa Indonesia dalam merintis, menegakkan dan mengisi kemerdekaan.

KRI Pasopati bernomor lambung 410, termasuk jenis SS type Whiskey Class dibuat di Vladi Wostok-Rusia tahun 1952. Kapal ini masuk ke jajaran TNI-AL mulai tanggal 29 januari 1962, dengan tugas pokok menghancurkan garis lintas musuh (anti shipping), mengadakan pengintaian dan melakukan silent raids.

Monkasel adalah replika KRI Pasopati 410 yang nonaktif dari TNI-AL pada 25 januari 1990. spesifikasi KRI Pasopati 410: panjang 76,6 m, lebar 6,30 m, kecepatan (18,3 knots di atas air, dan 13,5 knots di bawah air), berat penuh 1300 ton, berat kosong 1050 ton,jarak jelajah 8500 mil laut, bahan bakar solar, batere 224 buah, persenjataan torpedo steam gas 12 buah, panjang torpedo7 m, dengan peluncur torpedo 6 buah. Awak kapal 63 orang.

Pembangunan monkasel di mulai 1 juli 1995. saat bersamaan, eks KRI Pasopati 410 yang akan di monumenkan di potong menjadi 16 bagian. Ke-16 potongan itu di bawa ke lokasi dan di rakit ulang sehingga KRI Pasopati 410 kembali menjadi wujud semula di atas pondasi yang telah di siapkan sebelumnya. Monkasel di resmikan oleh KSALD Laksmana TNI arief khushariadi tanggal 27 juni 1998, dan di buka untuk umum mulai 15 juli 1998.

Wisata Religius Gua Maria Lourdes

Objek wisata religius Gua Maria Lourdes, Kediri, Jawa Timur

Rekreasi bersama keluarga ke tempat bersejarah atau ke obyek wisata bernuansa alam banyak dilakukan saat liburan panjang. Momen ini ternyata juga membawa keuntungan melimpah bagi pengelola obyek wisata di Kediri, Jawa Timur. Jumlah wisatawan domestik saat liburan biasanya mengalami kenaikan pengunjung hingga 20 persen. Kediri yang dikenal sebagai Kota Tahu, juga memiliki di obyek wisata religius yang terkenal, seperti Gua Maria Lourdes Puhsarang.

Setiap harinya, jumlah wisatawan sekitar 1.000-1.200 orang per hari. Kini jumlah pengunjungnya naik menjadi 1.200-1.500 orang per hari,” kata Pengelola obyek wisata ziarah Gua Maria Lourdes Puhsarang di desa Semen, Laksio, Minggu.

Ia menjelaskan, kenaikan jumlah wisatawan domestik ini karena terjadi libur peringatan Paskah, sehingga banyak masyarakat dari dalam dan luar Kota Kediri datang memperingati hari tersebut, sekaligus napak tilas jalan salib Yesus Kristus di Bukit Golgota.

Faktor lain terjadinya peningkatan jumlah kunjungan wisatawan domestik ini, kata dia, karena banyaknya masyarakat luar kota seperti dari Surabaya, Sidoarjo, Malang, Nganjuk, Yogyakarta, hingga Jakarta yang tidak ingin terlewatkan dengan momen sakral ini.

Maria Veronika, pengunjung obyek wisata asal Malang mengakui, selalu mengikuti momen tersebut di obyek wisata itu.

“Selain untuk beribadah, adanya mitos patung Bunda Maria yang posisinya bisa bergeser sewaktu-waktu, sangat menarik perhatian saya,” katanya.

Sementara, di Wisata Air Selomangleng, jumlah pengunjungnya juga mengalami peningkatan hingga 20 persen. Padahal, saat hari normal biasanya di sini hanya dikunjungi sekitar 350-400 orang per hari.

“Meski fasilitas di sini hanya kolam renang dan arena bermain anak, para pengunjung sangat menyukai berwisata di tempat ini. Apalagi, tiap hari libur dan hari besar kami menyajikan hiburan rakyat yang bersifat tradisional seperti jaranan (kuda lumping),” kata pengelola Wisata Air Selomangleng, Murdoko.

Di luar area kolam renang, kata dia, pengunjung dapat juga menikmati keindahan alam tiga gunung sekaligus di antaranya Gunung Klotok, Gunung Maskumambang, dan Gunung Wilis. Bahkan, dengan mendaki hingga sampai di puncak Gunung Maskumambang pengunjung bisa melihat indahnya panorama Kota Kediri.

“Tidak jarang, ada beberapa pengunjung yang menghabiskan waktunya untuk berziarah di makam Maling Gentiri Boncolono (sesepuh masyarakat Kediri) yang juga berada di puncak gunung itu,” katanya.

Selain berziarah di puncak gunung Maskumambang, mereka dapat berziarah di Gua Selomangleng yang berada di kaki Gunung Klotok. Gua ini merupakan area pertapaan dan tempat moksanya Dewi Kilisuci (putri sulung Raja Airlangga dari Kerajaan Kahuripan).

Djoko Sudarmana, pengunjung asal Gresik, menyatakan, kunjungannya ke lokasi itu untuk mengobati rasa keingintahuannya terkait beberapa mitos yang ada di obyek tersebut.

Di sisi lain, setelah mengunjungi obyek wisata tersebut, wisatawan bisa melengkapi wawasan sejarahnya dengan mendatangi Museum Airlangga yang berisi 142 koleksi benda bersejarah peninggalan masyarakat Kota Kediri terdahulu.

Suminah, staf Dinas Pariwisata Kota Kediri, mencontohkan, di museum yang sejak awal berdiri pada tahun 1982 bernama Museum Tirtoyoso dan pada tahun 1990 berpindah lokasi di area Gunung Klotok terdapat beraneka ragam benda bersejarah semisal, patung Prabu Airlangga, patung Dewa Syiwa, patung Ganesha, arca lumbung padi, perahu, keben (hiasan untuk atap rumah dan candi), makara (batu pancuran air).

Supriyadi, pengunjung museum asal Kota Tahu (Kediri), mengatakan, ketertarikan ke lokasi itu karena ingin memperdalam pengetahuannya tentang sosiologi masyarakat Kota Kediri zaman dulu. Apalagi, di dekat museum tersebut juga terdapat obyek wisata religi berupa Pura Penataran Agung Kilisuci, yang dibangun di atas tanah 6500 meter persegi.

Pesona Bromo


Gunung Bromo merupakan salah satu tujuan wisata di Jawa Timur. Tempat wisata alam ini terletak di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru di timur kota Malang, Jawa Timur.

Pengunjungnya bukan hanya wisatawan lokal, bahkan banyak yang berasal dari luar negeri. Dengan pemandangan yang khas membuat Bromo layak menjadi tujuan wisata. Apa saja keistimewaan Gunung Bromo? Dingin, begitulah yang akan Anda rasakan saat pertama kali Anda keluar dari mobil. Suhu disini mencapai 10 derajat bahkan sampai 0 derajat Celsius saat menjelang pagi. Maka, Anda hendaknya mempersiapkan pakaian dingin, topi kupluk, sarung tangan, kaos kaki, syal untuk mengatasinya. Tapi, bila Anda melupakan perlengkapan tersebut, ada banyak penjaja keliling yang menawarkan dagangannya berupa topi, sarung tangan, atau syal.


Melihat Matahari Terbit Bromo dari Pananjakan

Pengunjung biasa mengunjungi kawasan ini sejak dini hari dengan tujuan melihat terbitnya matahari. Untuk melihatnya, Anda harus menaiki Gunung Pananjakan yang merupakan gunung tertinggi di kawasan ini. Medan yang harus dilalui untuk menuju Gunung Pananjakan merupakan medan yang berat. Untuk menuju kaki Gunung Pananjakan, Anda harus melalui daerah yang menyerupai gurun yang dapat membuat Anda tersesat. Saat harus menaiki Gunung Pananjakan, jalan yang sempit dan banyak tikungan tajam tentu membutuhkan ketrampilan menyetir yang tinggi. Untuk itu, banyak pengunjung yang memilih menyewa mobil hardtop (sejenis mobil jeep) yang dikemudikan oleh masyarakat sekitar. Masyarakat sekitar berasal dari suku Tengger yang ramah dengan para pengunjung.

Sampai diatas, ada banyak toko yang menyediakan kopi atau teh hangat dan api unggun untuk menghangatkan tubuh sambil menunggu waktu tebitnya matahari. Ada pula toko yang menyewakan pakaian hangat. Menyaksikan terbitnya matahari memang merupakan peristiwa yang menarik. Buktinya, para pengunjung rela menunggu sejak pukul 5 pagi menghadap sebelah timur agar tidak kehilangan moment ini. Anda pun tidak selalu bisa melihat peristiwa ini, karena bila langit berawan, kemunculan matahari ini tidak terlihat secara jelas. Namun, saat langit cerah, Anda dapat melihat bulatan matahari yang pertama-tama hanya sekecil pentul korek api, perlahan-lahan membesar dan akhirnya membentuk bulatan utuh dan memberi penerangan sehingga kita dapat melihat pemandangan gunung-gunung yang ada di kawasan ini. Antara lain, Gunung Bromo, Gunung Batok, atau Gunung Semeru yang merupakan gunung tertinggi di Pulau Jawa.


Kawah dan Lautan Pasir Bromo


lereng kawah gunung bromo

Selesai menyaksikan matahari terbit, Anda dapat kembali menuruni Gunung Pananjakan dan menuju Gunung Bromo. Sinar matahari dapat membuat Anda melihat pemandangan sekitar. Ternyata Anda melewati lautan pasir yang luasnya mencapai 10 km². Daerah yang gersang yang dipenuhi pasir dan hanya ditumbuhi sedikit rumput-rumputan yang mengering. Tiupan angin, membuat pasir berterbangan dan dapat menyulitkan Anda bernafas.

Untuk mencapai kaki Gunung Bromo, Anda tidak dapat menggunakan kendaraan. Sebaliknya, Anda harus menyewa kuda dengan harga Rp 70.000,- atau bila Anda merasa kuat, Anda dapat memilih berjalan kaki. Tapi, patut diperhatikan bahwa berjalan kaki bukanlah hal yang mudah, karena sinar matahari yang terik, jarak yang jauh, debu yang berterbangan dapat membuat perjalanan semakin berat.

Sekarang, Anda harus menaiki anak tangga yang jumlahnya mencapai 250 anak tangga untuk dapat melihat kawah Gunung Bromo. Sesampainya di puncak Bromo yang tingginya 2.392 m dari permukaan laut, Anda dapat melihat kawah Gunung Bromo yang mengeluarkan asap. Anda juga dapat melayangkan pandangan Anda kebawah, dan terlihatlah lautan pasir dengan pura di tengah-tengahnya. Benar-benar pemandangan yang sangat langka dan luar biasa yang dapat kita nikmati.

Monumen Kapal Selam (Monkasel)

Monumen kapal selam (Monkasel) tak hanya pewarisan nilai sejarah. Monumen yang berdiri tegak di bantaran kalimas itu kini menjadi salah sat...